Liburan ke Ujung
Genteng
Liburan, adalah sebuah kata yang sangat
dinanti oleh para pelajar. Karena banyak hal yang bisa di lakukan saat libur tiba,
dari bermalas malasan di rumah, berkunjung ke sanak saudara, shoping, hingga
mengunjungi tempat yang belum kita kunjungi. Ya,, menjelajah, itulah yang saya
lakukan di liburan saya kali ini.
Semua berawal ketika saya dan
beberapa orang teman sedang berkumpul dan membahas keindahan alam Indonesia,
dari sabang, sampai marauke. Namun perhatian saya tertuju pada sebuah tempat
yang dibicarakan oleh salah seorang teman, “ Ujung Genteng”. Memang terdengar
rancu, namun ternyata Ujung Genteng adalah nama dari sebuah pantai. Sebenarnya
disana terdapat beberapa pantai, mulai dari Ujung Genteng, Tujuh Ombak, Penyu
dan yang terakhir pantai Ci Panarikan. Dimana pantai - pantai tersebut terkenal
akan keindahan dan lingkungannya yang masih sangat alami. Karena tertarik akan
cerita tersebut, saya pun memutuskan untuk menyambangi pantai Ujung Genteng.
Ujung Genteng berada di bagian selatan
dari pulau Jawa, tepatnya di kecamatan Ujung Genteng, Sukabumi selatan, Jawa
barat. Awalnya saya sempat ragu, karena
saya sangat buta akan rute yang akan saya tempuh. Namun bermodalkan cerita dari seorang teman dan
bantuan dari mbah google. Saya memutuskan untuk menjelajah ke Ujung Genteng
dengan satu orang teman dan memutuskan bertemu dengan teman lainnya di pantai
Ujung Genteng.
Hari perjalanan pun tiba, berhubung
dana liburan kami yang minim, kami memutuskan melakukan perjalanan menggunakan
sepedah motor. Kami memulai perjalanan pukul 05:30 WIB dari rumah saya di
kawasan bekasi, dan dengan sedikit bertanya kepada warga sekitar akhirnya kami
tiba di tempat tujuan pukul 01:30 WIB.
Namun dari lamanya waktu perjalanan yang kami tempuh, kami di suguhi berbagai
pemandangan alam yang sangat idah. Bagaimana tidak, setidaknya kami melewati
tiga bukit sebelum sampai di tempat tujuan kami.
Sesampainya di tujuan, kami membayar tiket masuk sebesar
Rp.8000. dan pantai Ujung Genteng itu sendiri terletak sekitar 2 Km dari loket
pembayaran tersebut. Perjalanan yang kami lalui pun cukup bagus, meskipun
tempat wisata ini berada di tempat terpencil dan belum setenar tempat wisata
lainnya. Dan keadaannya pun tidak terlalu ramai , mungkin karena kami berangkat
saat liburan sekolah dan kebanyakan Uiversitas lain sudah memulai perkuliahan.
Saat kami tiba di pantai, kami langsung di sambut oleh
hamparan pasir putih yang ditemani oleh serpihan karang berkilauan yang
terhempas oleh deruan ombak yang saling menggulung satu sama lain. Di sisi kiri
pantai pun terdapat hutan bakau yang membuat suasana terasa lebih sejuk,
meskipun wisatawan tidak diizinkan untuk memasuki hutan tersebut, namun
nyanyian burung masih bisa kami dengar dari kejauhan.
Setelah menemui beberapa teman, kami
pun bergabung dengan mereka dan memutuskan untuk istirahat sejenak. Setelah
cukup beristirahat barulah kami memutuskan untuk bermain di tepi pantai dan berjalan di atas
karang. “KARANG”,, ya, pantai Ujung genteng adalah pantai yang di penuhi oleh
karang, sehingga tidak memiliki ombak yang cukup besar di pinggiran pantainya.
Namun jika kita berjalan terus menyusuri karang, akan terlihat ombak besar yang
sebenarnya.
Fajar pun kian tenggelam, dan kami
memutuskan untuk menyewa sebuah warung untuk tempat kami bermalam. Selain
karena ingin menikmati suasana pantai di malam hari, menginap di tempat seperti
ini pun tidak memerlukan biaya yang besar. Tak lupa kami membeli ikan di pasar
ikan setempat, karena nampaknya kurang mantab jika bermalam di pinggir pantai
tanpa membakar ikan sebagai lauk maka
malam kami.
Setelah santap malam, saya
memutuskan untuk menuju ke tempat penetasan penyu. Dimana kita dapat melihat
penyu - penyu bertelur dan melepas tukik-tukik ke lautan bebas. Berhubung
jadwal penyu bertelur sekitar pukul 12:00 dan fisik kami yang mulai teras
lelah, membuat kami mengurungkan niat kami dan memilih untuk bercanda dan beristirahat
di saung dan warung yang kami sewa.
Mentari pun kembali, setelah
menikmati matahari terbit dan berjalan jalan di pantai, saya memutuskan untuk
menuju primadona di pantai Ujung genteng, yaitu pantai Cipanarikan. Jarak
pantai Cipanarikan tidak terlalu jauh dari pantai Ujung Genteng, kami cukup
berkendara sekitar 15 menit menggunakan sepedah motor kami. Kami pun harus
melalui sebuah pantai yang dinamai pantai Tujuh Ombak. Benar saja, ternyata
nama itu bukan isapan jempol belaka. Ombak disana sangat besar dan ganas,
sehingga banyak menarik hati para surfer, baik surfer lokal maupun mancanegara. Dan kami disuguhi pemandangan tersebut saat melintasi pantai Tujuh
Ombak.
Pantai Cipanarikan sendiri adalah pantai
terpencil yang ada di kawasan Ujung Genteng. Untuk menuju pantai tersebut kami
harus melalui jalanan yang tak terawat dan melalui hutan. Hanya terdapat jalur
untuk sepeda motor untuk menuju pantai tersebut, jika anda membawa mobil, anda
bisa menyewa jasa Ojek atau memarkir mobil anda di dekat lokasi, dan
melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Pantai ini dapat dikatakan tidak
berpenghuni. Bagaimana tidak, rumah dan warung terakhir yang kami temui
berjarak sekitar lima menit dari lokasi pantai Cipanarikan ini. Lokasi pantai
itu sendiri terletak agak kebawah, kita seperti menuruni tebing pasir untuk
menuju area pantai.
Akhirnya kami tiba di
pantai Cipanarikan. Tidak sia sia kami berjalan selama lima belas menit.
Perjalanan kami langsung terbayar. Hamparan luas pasir putih dan deru ombak
langsung menyambut kami, di sisi lain terdapat ketenangan dari sebuah muara
sungai dan nyanyian burung pun dapat kita degar dengan sangat jelas disini. Ditambah
lagi belum ter sentuhnya pantai ini oleh pembangunan, membuat kami seperti ada
di dimensi yang berbeda. Sungguh keindahan alam yang tak pernah saya bayangkan
sebelumnya.
Karakteristik pantai Cipanarikan
sangat berbeda dengan pantai Ujung Genteng, disini sama sekali tidak
terdapat karang. Hanya ada hamparan
pasir putih dan ombak yang lumayan besar. Sehingga membuat kami ingin segera
bermain dengan ombak. Gulungan ombak yang tidak terlalu besar bukan berarti
membuat kami bebas bermain disini. Ombaknya memang tidak terlalu besar, tetapi
tarikan dari ombak tersebut sangat kuat. Sehingga kami harus waspada saat
bermain disana.
Setelah kami puas bermain di pantai,
kami langsung menceburkan diri di muara sungai. Berendam di air payau memang
memiliki sensasi tersendiri. Baru kali ini saya merasakan perbedaan suhu yang
cukup drastis di satu tempat, dasarnya terasa dingin, dan permukaannya terasa
hangat. Hal tersebutlah yang membuat kami betah berlama lama disana.
Haripun menjelang siang, Meskipun hati enggan untuk beranjak namun kami harus tetap kembali ke jakarta. Setelah persiapan selesai kamipun langsung berangkat menuju Jakarta. Sungguh petualangan yang sangat menyenangkan, wisata alam negeri ini memang tak ada duanya. Alangkah baiknya jika kita mengelilingi Indonesia sebelum menjamah negara lain. Karena apapun yang anda inginkan ada di tanah air kita, tanah air Indonesia.